“Mari Bu!” kata Anita mempersilakan Ibu Ana duduk.
“Bagaimana kabar anak-anak sini,” sambil dia duduk di sofa panjang.
Anita kemudian menceritakan keadaan teman-teman satu asramanya. Tiba-tiba Angga muncul.
“Maaf Bu, saya mau pergi,” kata Angga.
“Silahkan,” jawab Ibu Ana.
“Bagaimana kabar anak-anak sini,” sambil dia duduk di sofa panjang.
Anita kemudian menceritakan keadaan teman-teman satu asramanya. Tiba-tiba Angga muncul.
“Maaf Bu, saya mau pergi,” kata Angga.
“Silahkan,” jawab Ibu Ana.
Ketika itu Anita tanpa sengaja melihat kedua payudara Ibu Ana yang masih ditutupi pakaiannya.
“Ada apa Nit?” tanya Ibu Ana.
“Tidak apa-apa Bu,” jawab Anita.
“Ibu darimana?” sambung Anita.
“Berbelanja.”
“Ada apa Nit?” tanya Ibu Ana.
“Tidak apa-apa Bu,” jawab Anita.
“Ibu darimana?” sambung Anita.
“Berbelanja.”
Ibu Ana lalu mengeluarkan beberapa barang dari tas plastik dan
diletakkan di meja. Barang-barang itu memang disediakan Ibu Ana setiap
bulannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di asramanya. Kebetulan Ibu
Ana memperoleh menjadi anggota dari sebuah agen produk kecantikan. Anita
tertarik pada sebuah barang yang setelah dikeluarkan dari tas plastik
tidak diletakkan di meja tetapi dimasukkan ke tas kecilnya.
“Itu apa Bu?”
“Ini buat Ibu.”
Diserahkannya sebuah botol kecil ke Anita. Sebuah cream untuk membantu memperbesar dan memperindah payudara.
“Ini buat Ibu.”
Diserahkannya sebuah botol kecil ke Anita. Sebuah cream untuk membantu memperbesar dan memperindah payudara.
“Jadi ini ya? Yang membuat payudara ibu jadi besar itu. Saya mau Bu.”
“Itu buat kamu saja. Nanti Ibu beli lagi.”
“Caranya bagaimana Bu?”
“Tinggal diusap saja di payudaramu.”
“Beri contoh Bu.”
“Malu saya kalau..” Ibu Ana menghentikan perkataannya.
“Malu apa Bu?”
Ibu Ana hanya diam.
“Malu telanjang ya?”
Ibu Ana hanya menggangguk.
“Kenapa malu Bu. Ibu harus bangga mempunyai payudara besar. Atau begini saja Bu. Kalau Ibu malu, aku juga lepas pakaian. Jadi kita sama-sama malu.”
Ibu Ana ingin mencegah Anita melepas pakaiannya. Terlambat. Anita sudah melepas daster kaos yang dipakainya.
“Ibu curang. Kenapa tidak lepas pakaian? Aku yang lepas ya Bu?”
Anita menghampiri Ibu Ana yang setengah menghindar untuk dilepas pakaiannya. Tetapi akhirnya Anita berhasil melepas kaos ketat termasuk BH yang dipakai Ibu Ana. Dibelainya kedua payudara Ibu Ana. Ibu Ana sendiri juga membelai kedua payudara Anita.
“Payudaramu juga indah.”
“Tetapi tidak besar Bu. Bagaimana cara menggunakan cream ini Bu?”
Ibu Ana menghentikan keasyikannya membelai kedua payudara Anita. Dia mengambil botol cream tersebut.
Dibukanya dan diambil sedikit. Diusapkannya cream tersebut ke
payudara kirinya. Diratakan dan diremas-remas. Anita mengikutinya.
Tetapi tidak ke payudaranya. Diambilnya sedikit cream dan diusapkan ke
payudara kanan Ibu Ana. Anita melakukannya dengan gairahnya yang
memanas. Ibu Ana ingin menghindar. Tetapi dia merasakan bahwa remasannya
lebih nikmat dari remasan suaminya sendiri. Dia mendiamkan Anita
meremas kedua payudaranya. Dia bahkan menikmatinya dan ikut meremas
kedua payudara Anita tanpa memakai cream. “Aaahh.. aahh.. aahh..”
Keduanya berpandangan dan tersenyum. Anita kemudian memegang kepala
Ibu Ana dan diletakkan di payudara kirinya. Entah mengapa, seolah-olah
sudah pernah melakukan. Bibir Ibu Ana menghisap payudara kiri Anita.
Tangannya membelai dan meremas payudara kanan Anita. Kemudian Ibu Ana
merasa puas dan kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa panjang tersebut
sambil kakinya masih di bawah. Anita mengangkat kaki Ibu Ana ke atas
kemudian dia menduduki paha Ibu Ana bagian atas. Diremasnya kedua
payudara Ibu Ana sambil memilin-milin puting payudara kanan Ibu Ana.
Tangan Ibu Ana tidak tinggal diam. Dia ingin juga meremas kedua payudara
Anita. Tetapi Anita pintar menghindar sehingga Ibu Ana setengah jengkel
hanya bisa membelai punggung Anita.
Tidak lama setelah itu Ibu Ana mendorong punggung Anita sehingga
tubuh Anita menindih tubuh Ibu Ana. Kedua payudara mereka saling
menempel. Kemudian mereka saling menggesek-gesekkan puting kedua
payudara. Keduanya sama-sama mengeluarkan suara.
“Ouohh..”
“Ouohh..”
“Ehmm.. ehmm.. ehmm..”
Anita duduk lagi dan membersihkan cream yang menempel di kedua
payudaranya gara-gara didorong Ibu Ana. Ibu Ana membantu membersihkan
tetapi tidak sekedar membersihkan. Diremasnya payudara kanan Anita dan
sekaligus memilin puting payudaranya. Anita selesai membersihkan cream
di kedua payudaranya dan lalu membersihkan kedua payudara Ibu Ana.
Setelah selesai, Anita memegang kedua tangan Ibu Ana yang asyik
mempermainkan kedua payudaranya. Diletakkannya kedua tangan Ibu Ana ke
pundaknya dan mendorong sendiri tubuhnya menindih Ibu Ana kembali.
Kembali kedua payudara mereka saling menempel. Keduanya kembali
sama-sama mengeluarkan suara.”Ouohh..”
Kemudian Anita duduk lagi dan mengambil sebuah botol yang ada di
meja. Botol tersebut mirip sebuah penis. Disentuhkannya botol tersebut
ke bibir Ibu Ana. Ibu Ana yang telah mencapai puncak kenikmatan berusaha
mencoba untuk menghisap botol tersebut. Tetapi Anita sengaja hanya
menyentuhkannya. Dia menarik botol tersebut dengan lembut turun ke bawah
melalui leher danakhirnya sampai diantara kedua payudara Ibu Ana. Botol
tersebut digesek-gesekkan turun-naik dan Ibu Ana mengimbangi dengan
memegang kedua payudaranya. Dijepitnya botol tersebut dengan kedua
payudaranya sedangkan Anita masih terus menggesek-gesekkannya secara
turun-naik. Tangan kanannya membelai kedua payudara Ibu Ana bergantian.
Anita menghentikan gesekannya dan botol tersebut kini pindah ke payudara
kanannya. Disentuhkannya botol tersebut mengelilingi payudara kanannya
dilanjutkan dengan aksi botol tersebut mengelilingi payudara kirinya.
“Ehmm.. ehmm.. ehmm..”
Ibu Ana hanya melihat, dan setelah Anita selesai dengan permainannya,
dia memegang tangan Anita yang memegang botol tersebut. Didorongnya
botol tersebut ke mulutnya. Anita lalu mengeluar-masukkan botol tersebut
sambil salah satu tangannya dibimbing oleh kedua tangan Ibu Ana untuk
meremas kedua payudaranya. Setelah beberapa lama, Anita lalu
mengeluarkan botol tersebut dan botol tersebut yang basah diusapkan ke
payudara kirinya. Kemudian botol tersebut diletakkan ke meja kembali.
Ibu Ana yang melihat payudara kiri Anita basah lalu membersihkan dengan
belaian tangannya yang lembut. Kembali mereka terlena dengan
belaian-belaian yang menggairahkan dilanjutkan dengan saling meremas.
Setelah puas saling meremas kedua payudara, Anita lalu menyentuhkan
kedua puting payudaranya ke kedua puting payudara Ibu Ana. Pelan-pelan
dia turun menindihi Ibu Ana sehingga kedua payudara mereka saling
menempel. “Ouohh..”
Tidak puas begitu saja, keduanya kemudian melanjutkan permainan binal
tersebut hingga titik kenikmatan penghabisan. Sungguh Nikmat hidup ini.
cerita lesbi cerita lesbian cerita dewasa lesbian cerita seks lesbian cerita dewasa tante
cerita dewasa lesbi cerita lesby cerita pesta seks cerita seks sama
tante Tante lesbi cerita seks lesbi cerita tante girang lesbian tante
ana telanjang CERITA IBU BUGIL foto tante lesbian Cerita lesbie cerita
lesbian hot Cerita tante lesbian cerita tante binal foto tante lezbian
Foto lesby foto lesbian payudara foto payudara puting ibu ibu rumah
tangga dan tante foto lesbi tante foto dan cerita lesbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar